Dipublikasikan: Jumat, 31 Oktober 2025

Transformasi Energi Surya: Mekanisme Penyerapan Radiasi Matahari oleh Sistem Fotovoltaik

1. Pendahuluan

Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang paling melimpah dan berkelanjutan di bumi. Teknologi fotovoltaik (PV) memungkinkan konversi langsung energi radiasi matahari menjadi listrik melalui efek fotovoltaik.  Analisis mencakup karakteristik radiasi matahari, mekanisme penyerapan foton oleh material semikonduktor, serta faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi konversi. Dari total energi radiasi yang mencapai bumi, sekitar 45–50% dapat diserap secara efektif oleh panel surya, dengan efisiensi konversi rata-rata berkisar antara 17–22%, tergantung pada jenis material dan kondisi lingkungan.

Krisis energi global dan meningkatnya emisi karbon telah mendorong peralihan menuju sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan. Di antara berbagai opsi, energi surya menjadi salah satu solusi utama karena ketersediaannya yang melimpah dan berkelanjutan. Matahari memancarkan energi sebesar 1.361 W/m² di luar atmosfer (konstanta surya), namun hanya sekitar 51% yang mencapai permukaan bumi setelah mengalami proses penyerapan dan hamburan oleh atmosfer.

Gambar 1:.Radiasi Matahari

Indonesia memiliki intensitas radiasi matahari sekitar 4,5–5,5 kWh/m² per hari, menjadikannya sangat potensial untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sistem fotovoltaik (PV) mengubah energi cahaya matahari menjadi listrik melalui efek fotovoltaik. Pemahaman proses penyerapan energi ini menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi sistem, terutama dalam perancangan dan implementasi proyek oleh Horizon Teknologi.

2. Tinjauan Teoretis

2.1 Radiasi Matahari dan Spektrum Energi

Radiasi matahari merupakan energi elektromagnetik yang dihasilkan dari reaksi fusi di inti matahari dan menjalar ke bumi dalam tiga spektrum utama, yaitu ultraviolet (UV), cahaya tampak, dan inframerah (IR). Spektrum UV (<400 nm) hanya menyumbang sekitar 3–5% dari total energi dan sebagian besar diserap oleh atmosfer. Sementara itu, cahaya tampak (400–700 nm) membawa sekitar 42–45% energi dan menjadi sumber paling efektif bagi panel surya, karena energi fotonnya sesuai dengan band gap semikonduktor silikon.

Spektrum inframerah (IR) (>700 nm) menyumbang sekitar 50–55% dari total energi matahari. Sebagian besar energi ini berubah menjadi panas, yang dapat menurunkan efisiensi modul fotovoltaik (PV). Karena itu, kinerja PV bergantung pada kemampuan modul menyerap cahaya tampak dan sebagian spektrum inframerah sambil menekan peningkatan suhu. Pemahaman spektrum radiasi menjadi faktor penting dalam perancangan sistem PLTS yang optimal, termasuk penentuan orientasi panel, lapisan antirefleksi, dan pemilihan material dengan sifat termal yang sesuai.

2.2 Komponen Radiasi di Permukaan Bumi

Energi matahari yang mencapai permukaan bumi terdiri atas tiga komponen utama:

  • Radiasi langsung (40–50%), yaitu radiasi yang datang langsung dari matahari tanpa hamburan.

  • Radiasi tersebar (40–50%), yakni radiasi yang mengalami hamburan oleh partikel dan molekul di atmosfer.

  • Radiasi pantulan (2–10%), yaitu radiasi yang dipantulkan kembali dari permukaan bumi atau objek di sekitarnya.

Ketiga komponen ini membentuk Global Horizontal Irradiance (GHI), yang menjadi acuan utama dalam menghitung potensi energi surya di suatu lokasi.

2.3 Prinsip Efek Fotovoltaik

Efek fotovoltaik terjadi ketika cahaya (foton) menumbuk material semikonduktor dan melepaskan elektron sehingga menghasilkan arus listrik. Material PV seperti silikon memiliki sambungan p–n junction yang membentuk medan listrik internal untuk memisahkan muatan positif (hole) dan negatif (elektron). Hasilnya berupa arus searah (DC) yang kemudian dikonversi menjadi arus bolak-balik (AC) melalui inverter agar dapat digunakan dalam sistem kelistrikan umum.

3. Mekanisme Penyerapan Energi Radiasi oleh Sistem PV

3.1 Tahapan Proses

Transformasi energi surya menjadi listrik pada sistem fotovoltaik berlangsung melalui lima tahap utama:

  1. Penangkapan radiasi – sinar matahari menembus lapisan kaca pelindung dan lapisan antirefleksi pada modul PV.

  2. Penyerapan foton – foton diserap oleh material semikonduktor pada lapisan aktif sel surya.

  3. Eksitasi elektron – energi foton membuat elektron berpindah dari pita valensi ke pita konduksi, membentuk hole (muatan positif).

  4. Pemisahan muatan – medan listrik internal pada sambungan p–n junction memisahkan elektron dan hole ke arah berlawanan.

  5. Aliran arus listrik – elektron bergerak melalui rangkaian eksternal menghasilkan arus searah (DC), yang kemudian diubah menjadi arus bolak-balik (AC) oleh inverter.

3.2 Efisiensi dan Faktor Kehilangan Energi

Tidak seluruh energi matahari yang diterima sistem fotovoltaik dapat dikonversi menjadi listrik karena adanya berbagai bentuk kehilangan energi. Beberapa faktor utama yang memengaruhi efisiensi sistem meliputi:

  • Refleksi cahaya – sekitar 4–6% energi hilang akibat pantulan sinar pada permukaan panel.

  • Kehilangan panas (thermal loss) – sekitar 15–20% energi berubah menjadi panas akibat foton berlebih.

  • Resistansi internal – 2–5% energi hilang karena hambatan listrik dalam material dan sambungan antar sel.

  • Suhu tinggi – dapat menurunkan efisiensi 5–10%, karena peningkatan suhu menurunkan tegangan keluaran sel surya.

Jenis modul juga berpengaruh terhadap efisiensi konversi energi, dengan kisaran sebagai berikut:

  • Monocrystalline Si: 19–23%

  • Polycrystalline Si: 16–19%

  • Thin Film: 12–17%

3.3 Pengaruh Lingkungan terhadap Kinerja Sistem PV

Kinerja sistem fotovoltaik sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu, debu, dan kelembapan. Di wilayah tropis seperti Indonesia, peningkatan suhu di atas 25°C dapat menurunkan efisiensi modul hingga 0,4% per derajat. Selain itu, debu dan kelembapan tinggi mengurangi daya tangkap cahaya serta mempercepat degradasi material. Karena itu, memahami karakteristik lingkungan lokal menjadi kunci dalam merancang sistem PV yang efisien dan tahan lama.

3.4 Strategi Optimalisasi oleh Horizon Teknologi

Untuk mengatasi pengaruh lingkungan, Horizon Teknologi menerapkan pendekatan berbasis data iklim lokal dan simulasi performa menggunakan perangkat seperti PVsyst dan Helioscope. Analisis ini membantu menentukan kapasitas optimal serta strategi mitigasi terhadap penurunan efisiensi.

Langkah optimalisasi mencakup:

  • Menyesuaikan sudut kemiringan panel (tilt angle) sesuai lintang lokasi, biasanya 5–10° untuk wilayah tropis.

  • Melakukan pembersihan rutin guna mencegah penurunan daya akibat debu dan kotoran.

  • Menggunakan modul bifacial untuk menangkap radiasi pantulan dari permukaan di bawah panel.

Pendekatan ini terbukti dapat meningkatkan efisiensi penyerapan energi hingga 10–15% dibandingkan sistem konvensional.

3.5 Transformasi Energi Surya menjadi Listrik

Pada sistem fotovoltaik, energi surya dikonversi menjadi listrik melalui interaksi antara foton dan material semikonduktor. Sekitar 45–50% radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi dapat diserap oleh modul PV, dengan efisiensi konversi rata-rata 17–23%, tergantung pada jenis material dan kondisi lingkungan.

Sebagai konsultan energi, Horizon Teknologi memastikan setiap sistem PLTS dirancang secara efisien, andal, dan sesuai kondisi radiasi lokal. Melalui analisis teknis berbasis data, simulasi performa, dan pemilihan komponen berkualitas, Horizon membantu klien memaksimalkan penyerapan energi surya sekaligus menjaga keberlanjutan sistem. Dengan keahlian rekayasa dan inovasi teknologi yang teruji, Horizon Teknologi siap menjadi mitra strategis dalam mewujudkan proyek energi surya yang efisien, ekonomis, dan berorientasi masa depan.