Dipublikasikan: Rabu, 17 September 2025

Pengolahan Air Payau Menjadi Air Minum: Tantangan dan Solusi Berkelanjutan

Air Payau dan Potensinya

Air payau adalah jenis air yang berada di antara air tawar dan air laut. Secara sederhana, air ini terasa sedikit asin karena kandungan garamnya lebih tinggi dibandingkan air tawar, namun tidak sepekat air laut. Secara ilmiah, kadar zat terlarut atau garam (Total Dissolved Solids/TDS) dalam air payau berkisar antara 1.000 hingga 10.000 miligram per liter.

Air payau banyak ditemukan di daerah pesisir, terutama di wilayah yang mengalami intrusi air laut ke daratan. Fenomena ini terjadi ketika air laut masuk ke lapisan tanah atau aliran sungai akibat pasang laut atau pemompaan air tanah yang berlebihan, sehingga bercampur dengan air tawar. Selain itu, air payau juga dapat dijumpai di muara sungai, rawa pesisir, maupun danau yang terhubung langsung dengan laut.

Meskipun secara alami tidak layak dikonsumsi karena rasanya yang asin dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan jika diminum langsung, air payau memiliki peran yang penting. Dalam bidang perikanan, misalnya, air payau menjadi habitat ideal bagi komoditas bernilai ekonomi tinggi, seperti udang windu dan ikan bandeng.

Namun, yang lebih menarik adalah potensinya sebagai sumber air baku untuk penyediaan air minum. Di wilayah pesisir atau pulau-pulau kecil yang kerap mengalami keterbatasan air tawar, air payau dapat menjadi alternatif yang bernilai. Dengan perkembangan teknologi, khususnya desalinasi berbasis membran reverse osmosis (RO), air payau dapat diolah menjadi air bersih yang aman untuk dikonsumsi. Proses ini bekerja dengan cara menyaring molekul garam dan mineral berlebih melalui membran semi-permeabel, sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang setara, bahkan lebih baik, dibandingkan air tanah biasa.

Keunggulan pengolahan air payau dibandingkan dengan air laut terletak pada kadar garamnya yang lebih rendah, sehingga proses desalinasi membutuhkan tekanan dan energi yang lebih kecil. Kondisi ini membuat biaya operasional lebih hemat dan teknologinya lebih mudah diaplikasikan, baik dalam skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar (penyediaan air minum masyarakat). Dengan demikian, air payau bukan lagi sekadar “air peralihan” yang sulit dimanfaatkan, melainkan dapat menjadi solusi nyata bagi penyediaan air minum berkelanjutan, khususnya di daerah yang rawan krisis air bersih.

Tahapan Pengolahan Air Payau menjadi Air Minum

1. Pengambilan Air Baku (Intake)

  • Air payau dapat diambil dari sumur, sungai, atau sumber pesisir.
  • Dilakukan penyaringan kasar (screening) untuk menahan pasir, lumpur, atau sampah.

2. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tujuan: melindungi peralatan utama agar tidak cepat rusak.

  • Koagulasi–flokulasi: penambahan bahan kimia, seperti tawas atau PAC, untuk menggumpalkan kotoran halus.
  • Sedimentasi: mengendapkan partikel hasil flokulasi.
  • Filtrasi pasir/multimedia: menyaring kekeruhan, lumpur, dan zat organik.
  • Filtrasi karbon aktif: menghilangkan bau, rasa, dan sisa bahan organik.
  • Softener (opsional): menurunkan kadar kesadahan (Ca²⁺, Mg²⁺).

3. Proses Desalinasi (Penghilangan Garam)

  • Menggunakan sistem Reverse Osmosis (RO):
    • Air dialirkan dengan tekanan tinggi melewati membran semi-permeabel.
    • Molekul air dapat lolos, sedangkan garam dan mineral berlebih tertahan.
    • Menghasilkan dua aliran:
      • Permeate: air bersih hasil olahan.
      • Brine: air pekat, buangan dengan kadar garam tinggi.
  • Karena kadar garam air payau lebih rendah dibandingkan air laut, tekanan pompa yang dibutuhkan lebih kecil (sekitar 15–30 bar), sehingga lebih hemat energi.

4. Pengolahan Akhir (Post-treatment)

  • Remineralisasi: menambahkan mineral sehat (Ca²⁺, Mg²⁺) agar air tidak terlalu “kosong” dan rasanya lebih baik.
  • Disinfeksi: menggunakan klorin, ozon, atau sinar UV untuk membunuh bakteri dan virus.

5. Penyimpanan dan Distribusi

  • Air bersih ditampung dalam tangki reservoir.
  • Selanjutnya disalurkan ke rumah tangga, digunakan langsung, atau dikemas sebagai air minum dalam botol/galon.

Setelah melalui rangkaian proses tersebut, air payau yang semula tidak layak konsumsi dapat diubah menjadi air minum yang jernih, sehat, dan aman untuk digunakan sehari-hari. Penerapan teknologi ini tidak hanya menjadi jawaban atas keterbatasan air tawar di wilayah pesisir maupun pulau kecil, tetapi juga membuka peluang terciptanya sistem penyediaan air bersih yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Penutup

Sebagai konsultan yang berkomitmen menghadirkan solusi berkelanjutan, Horizon Teknologi meyakini bahwa setiap sumber air—baik air baku, air gambut, maupun air payau—dapat diolah menjadi air minum yang aman dan layak konsumsi melalui penerapan teknologi tepat guna. Dengan mengedepankan keahlian teknis, inovasi, serta integrasi energi terbarukan, Horizon Teknologi tidak hanya membangun instalasi pengolahan air, tetapi juga menghadirkan nilai tambah berupa efisiensi, keberlanjutan, serta dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.