Tranformasi Air Tanah Menjadi Air Layak Minum: Instalasi Pengolahan Air Minum

Dipublikasikan: 25 Juli 2025

Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun, tidak semua air yang tersedia di alam layak untuk dikonsumsi secara langsung. Salah satu sumber air yang paling umum digunakan adalah air tanah, baik melalui sumur bor maupun sumur gali. Meskipun tampak jernih, air tanah bisa mengandung berbagai zat pencemar, seperti logam berat, residu pestisida, hingga mikroorganisme patogen seperti Escherichia coli. Jika dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan, air tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, mulai dari diare, tifus, hingga kerusakan organ dalam jangka panjang.

Untuk menjamin kualitas dan keamanan konsumsi, air tanah perlu melalui proses pengolahan yang mampu memenuhi standar air minum yang sehat dan sesuai dengan regulasi, antara lain:

  • SNI 01-3553-2006 — Standar Nasional Indonesia yang mengatur tentang persyaratan kualitas air minum.

  • Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 — Mengatur batas maksimum kandungan zat-zat tertentu dalam air minum, serta parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.

  • Standar WHO (World Health Organization) — Merupakan acuan global dalam penetapan kualitas air minum yang aman dan layak konsumsi.

Apa Itu IPAM dan Mengapa Penting?

Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) adalah serangkaian sistem fisik, kimia, dan mekanik yang dirancang untuk mengolah air baku menjadi air yang layak konsumsi. Tujuan IPAM tidak hanya untuk menjernihkan air, tetapi juga menghilangkan zat-zat berbahaya, mikroorganisme, serta memperbaiki rasa, bau, dan warna air agar sesuai standar kualitas air minum.

IPAM memiliki fleksibilitas tinggi dan dapat diterapkan dalam berbagai skala, antara lain:
  • Skala rumah tangga — menggunakan sistem sederhana seperti biofilter atau UV sterilizer untuk kebutuhan air minum harian.

  • Komunitas atau desa — IPAM dirancang dengan kapasitas lebih besar dan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi lokal.

  • Lembaga seperti pesantren dan sekolah — menyediakan air minum yang aman dan higienis bagi penghuni dan peserta didik.

  • Skala industri atau PDAM — menggunakan teknologi canggih seperti reverse osmosis dan sistem otomasi untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah besar.

Tahapan Umum dalam Instalasi Pengolahan Air Minum

1. Intake (Pengambilan Air Baku)

Intake merupakan tahap awal dalam sistem IPAM, yaitu proses pengambilan air dari sumbernya—seperti sumur, sungai, atau danau—menuju unit pengolahan. Intake yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

  • Berada di lokasi yang bebas dari pencemaran

  • Mampu menyuplai air dalam jumlah yang cukup dan stabil

  • Dilengkapi dengan saringan kasar (screen) untuk menahan kotoran berukuran besar seperti daun, ranting, atau batu

Desain serta pemeliharaan intake yang baik sangat memengaruhi efisiensi proses pengolahan pada tahap-tahap berikutnya.

2. Aerasi

Aerasi bertujuan menambahkan oksigen ke dalam air untuk menghilangkan gas-gas terlarut seperti hidrogen sulfida (H₂S) dan karbon dioksida (CO₂), serta mengoksidasi logam seperti besi (Fe) dan mangan (Mn) agar dapat mengendap.

Proses aerasi dapat dilakukan melalui:

  • Pancuran (spray aerator)

  • Tray aerator (aerator bertingkat)

  • Difusi udara menggunakan blower atau kompresor

Aerasi membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, tetapi belum cukup untuk membunuh mikroorganisme patogen. Oleh karena itu, tahap ini perlu dilanjutkan dengan proses pengolahan berikutnya.

3. Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi merupakan proses penambahan koagulan (seperti tawas atau alumunium sulfat) ke dalam air untuk mengikat partikel halus yang tersuspensi. Setelah itu, dilakukan flokulasi, yaitu pengadukan lambat yang bertujuan membentuk flok atau gumpalan partikel yang lebih besar.

Flok yang terbentuk ini akan lebih mudah mengendap pada tahap selanjutnya, sehingga membantu mengurangi kekeruhan air secara signifikan.

Faktor Penjelasan
Jenis dan dosis koagulan Harus disesuaikan dengan karakteristik air baku yang akan diolah.
pH air Proses koagulasi bekerja optimal pada pH tertentu (misalnya, tawas efektif pada pH 6–7).
Suhu Air Suhu rendah dapat memperlambat pembentukan flok, sehingga efisiensi menurun.
Waktu dan intensitas pengadukan Pengadukan terlalu cepat dapat memecah flok; terlalu lambat menyebabkan flok tidak terbentuk.

4. Sedimentasi

Air hasil flokulasi dialirkan ke dalam bak sedimentasi, tempat di mana alirannya diperlambat agar partikel-partikel berat (flok) dapat mengendap ke dasar akibat gaya gravitasi. Endapan ini akan terkumpul di zona lumpur (sludge zone) dan dibuang secara berkala. Sementara itu, air bagian atas yang lebih jernih (supernatan) diteruskan ke tahap filtrasi.

Namun, proses sedimentasi tidak mampu menghilangkan partikel terlarut seperti zat kimia, ion, maupun mikroorganisme. Oleh karena itu, tahap ini harus dilanjutkan dengan filtrasi dan disinfeksi untuk memastikan kualitas air benar-benar aman untuk dikonsumsi.

5. Filtrasi (Penyaringan)

Filtrasi merupakan tahap penting dalam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) yang dilakukan setelah sedimentasi. Proses ini bertujuan menyaring partikel-partikel halus yang masih tersisa, seperti lumpur halus, mikroorganisme, dan zat organik. Dengan demikian, air menjadi lebih jernih dan aman untuk dikonsumsi.

Jenis Media Filter dan Fungsinya dalam Proses Filtrasi

Media Filter Umum Fungsi
Kerikil Menopang media penyaring lainnya
Pasir silika Menyaring partikel halus dan koloid
Antrasit Menyerap senyawa organik ringan
Karbon aktif Menghilangkan bau, rasa, dan zat kimia organik
Zeloit Menyaring logam berat dan amonia

Setelah beberapa waktu, media filter akan tersumbat oleh kotoran. Oleh karena itu, perlu dilakukan backwash (pembilasan balik) secara rutin dengan membalik aliran air untuk membersihkan media dan menjaga efektivitas filtrasi.

Perlu diingat, proses filtrasi hanya menyaring partikel dan tidak membunuh mikroorganisme. Maka, tahap ini harus dilanjutkan dengan proses disinfeksi — seperti klorinasi, ozonisasi, atau sinar UV — agar air benar-benar aman untuk dikonsumsi.

6. Disinfeksi

Disinfeksi merupakan tahap akhir dan paling krusial dalam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Tujuannya adalah membunuh atau menonaktifkan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan parasit, sehingga air benar-benar aman dikonsumsi.

Disinfektan ditambahkan ke air hasil filtrasi. Mekanismenya dimulai dari oksidasi dinding sel mikroorganisme, dilanjutkan dengan perusakan materi genetik (DNA/RNA), dan diakhiri dengan penghentian kemampuan mikroba untuk berkembang biak.

Parameter Penting dlam Disinfeksi

Parameter Nilai Ideal / Keterangan
Waktu kontak (CT value) Disinfektan harus bersentuhan cukup lama dengan air agar mikroba dapat dimatikan secara efektif.
pH air pH optimal untuk proses klorinisasi berada di kisaran 6,5–7,5.
Dosis disinfektan Klorin: 1–5 mg/L, tergantung pada kualitas air dan jenis mikroba yang ingin dibasmi.
Kekeruhan air Kekeruhan harus di bawah 5 NTU agar proses disinfeksi berlangsung efektif.

Disinfeksi hanya akan efektif jika didahului oleh proses filtrasi. Hal ini penting karena air dengan tingkat kekeruhan tinggi dapat melindungi mikroorganisme dari paparan disinfektan. Selain menggunakan bahan kimia seperti klorin, proses disinfeksi juga dapat dilakukan dengan penyinaran sinar UV melalui alat UV sterilizer.

Namun, disinfeksi saja belum cukup. Untuk menghasilkan air yang benar-benar aman dikonsumsi, perlu dilakukan pengolahan lanjutan agar air tidak hanya bebas mikroba, tetapi juga terbebas dari zat-zat berbahaya, memiliki rasa dan warna yang baik, serta memenuhi standar kualitas air minum.

Disinfeksi hanya akan efektif jika didahului oleh proses filtrasi. Hal ini penting karena air dengan tingkat kekeruhan tinggi dapat melindungi mikroorganisme dari paparan disinfektan. Selain menggunakan bahan kimia seperti klorin, proses disinfeksi juga dapat dilakukan dengan penyinaran sinar UV melalui alat UV sterilizer.

Namun, disinfeksi saja belum cukup. Untuk menghasilkan air yang benar-benar aman dikonsumsi, perlu dilakukan pengolahan lanjutan agar air tidak hanya bebas mikroba, tetapi juga terbebas dari zat-zat berbahaya, memiliki rasa dan warna yang baik, serta memenuhi standar kualitas air minum.

7. Tahap Lanjutan (Advanced Treatment)

Untuk sumber air seperti air tanah yang memiliki tingkat pencemaran tinggi atau kandungan zat terlarut yang kompleks, diperlukan teknologi pengolahan lanjutan. Beberapa kondisi yang memerlukan sistem pengolahan lanjutan antara lain:

1. Ultrafiltrasi (UF)

Ultrafiltrasi adalah proses penyaringan menggunakan membran berpori sangat halus yang mampu menghilangkan partikel-partikel kecil seperti bakteri, virus, dan koloid dari air. Teknologi ini efektif sebagai tahap penyisihan lanjutan setelah filtrasi konvensional, sehingga menghasilkan air yang lebih bersih dan aman untuk konsumsi.

2. Reverse Osmosis (RO)

Reverse osmosis adalah teknologi pemurnian air menggunakan tekanan tinggi untuk mendorong air melalui membran ultra-rapat. Proses ini mampu menyaring ion, logam berat, garam, dan berbagai senyawa terlarut lainnya. RO sangat efektif digunakan ketika sumber air sangat tercemar atau memiliki kadar TDS (Total Dissolved Solids) yang tinggi.

3. Multi Media Filter

Multi media filter adalah sistem penyaringan yang menggunakan kombinasi berbagai media, seperti pasir silika, karbon aktif, dan zeolit, untuk meningkatkan efektivitas pengolahan. Teknologi ini berfungsi untuk menghilangkan partikel halus, rasa, bau, serta logam berat seperti arsenik dan timbal dari air.

8. Reservoir dan Distribusi

Setelah melalui seluruh tahap pengolahan, air bersih ditampung di dalam reservoir—baik berupa tangki bawah maupun menara air—untuk memastikan ketersediaan yang berkelanjutan, menjaga tekanan distribusi, serta berfungsi sebagai cadangan dalam situasi darurat.

Dari reservoir, air disalurkan ke konsumen melalui jaringan pipa distribusi yang dirancang secara teknis untuk:

  • Mencegah terjadinya kontaminasi ulang,

  • Menyediakan tekanan air yang stabil dan memadai,

  • Menjangkau seluruh titik pelayanan secara merata.

Sistem distribusi yang baik sangat penting untuk menjaga kualitas air tetap aman hingga sampai ke pengguna akhir.

Horizon Teknologi – Mitra Andal Pengolahan Air dan Energi

Setiap sistem pengolahan air membutuhkan perencanaan yang cermat, desain yang tepat, dan implementasi yang matang agar hasil akhirnya benar-benar memenuhi standar kualitas air minum. Horizon Teknologi hadir sebagai mitra profesional yang menyediakan solusi lengkap di bidang pengolahan air dan energi.

Hingga kini, Horizon telah berhasil mewujudkan instalasi pengolahan air minum di lebih dari 50 pesantren di berbagai wilayah Indonesia—mendukung institusi pendidikan dan masyarakat untuk mendapatkan akses air minum yang sehat dan aman.

Dengan penerapan teknologi seperti Ultrafiltrasi, Reverse Osmosis, dan sistem filtrasi berlapis, Horizon memastikan kualitas air yang dihasilkan higienis, aman dikonsumsi, serta sesuai dengan standar nasional maupun internasional.

Bersama Horizon Teknologi, wujudkan sistem air minum yang cerdas, berkelanjutan, dan siap mendukung masa depan yang lebih sehat.